Nabila Rusadi/ 142022017
Tidak jauh berbeda dengan saya sewaktu berada di bangku SMA. Saya yang tinggal disalah satu kabupaten di Sumatera Utara cukup bingung untuk menentukan kampus mana yang akan saya tuju apalagi dengan saya memutuskan kuliah dan juga bekerja, sampai di suatu hari saya mendapatkan tawaran untuk bekerja sebagai pelatih renang di club Fun Swimming Meulaboh di daerah Aceh Barat. Tidak pernah terpikirkan oleh saya untuk merantau jauh ke Aceh. Dengan penuh pertimbangan, saya memutuskan untuk merantau di Aceh Barat tanpa meninggalkan cita-cita saya untuk berkuliah.
Di era digitalisasi saat ini mengakses informasi sangatlah mudah, kesempatan inilah yang saya gunakan untuk mencari kampus terbaik diwilayah Aceh Barat, hingga saya menentukan STAIN Teungku Direndeng Meulaboh sebagai kampus negeri yang menyediakan pendidikan islam terbaik diwilayah tersebut. STAIN telah memperoleh akreditasi B “sangat baik” dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). STAIN juga berfokus pada ilmu pengetahuan umum yang luas, juga mempersiapkan lulusan kompeten yang berkarakter islami dengan dosen-dosen terbaik dari lulusan kampus luar dan dalam negeri. Berkat dosen-dosen yang luar biasa membantu saya dalam proses belajar sehingga saya mendapatkan beasiswa dan memudahkan saya untuk menunjang kebutuhan perkuliahan dan finansial saya.
Saya yang senang belajar dan memperhatikan hal-hal baru, akhirnya memilih Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) sebagai prodi yang akan saya tekuni. Alasan utama saya memilih prodi KPI karena aspek peluang kerja yang tidak terbatas, ternyata KPI menjadi gudangnya ilmu berkomunikasi. Kelihatan sederhana tetapi masyarakat Indonesia mengalami miskomuniksi (Komunikasi yang gagal) baik dengan teman, keluarga, pasangan, atasan, maupun organisasi. Hal tersebut memicu saya untuk belajar lebih dalam lagi, mengapa hal sederhana tersebut justru akan berdampak besar bagi masyarakat. Terlebih lagi Indonesia peringkat kedua sebagai negara yang paling banyak menggunakan sosial media, itu menjadi tantangan dan juga peluang anak komunikasi bagaimana ikut berperan dalam dunia digital. Salah satunya adalah menekuni bidang konten kreator, desain toko online, produksi media humas, jurnalistik dan fotografer itu adalah bidangnya KPI. Itulah mengapa saya memilih KPI sebagai pilihan saya dari banyaknya prodi.
Pengalaman saya saat diawal menjadi anak rantau sulitnya berkomunikasi dengan masyarakat sekitar baik di dunia pendidikan maupun dunia kerja karena gaya bahasa yang identik dengan khas Aceh dan juga tradisi masyarakat sekitar. Dengan menekuni prodi KPI membantu saya belajar untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan baik disini. Seperti pada mata kuliah Komunikasi Antar Budaya yang membantu menunjang skill komunikasi saya dengan masyarakat Aceh, serta sambutan ramah dari teman-teman kuliah saya yang mengajarkan saya bahasa daerah juga menjadi penerjemah saya dalam berkomunikasi. Berbeda dengan ekspektasi saya yang mengira bahwa saya akan dijauhi karena beda suku dan budaya.
STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh juga memiliki banyak kegiatan kemahasiswaan untuk menunjang kemandirian dan kreativitas mahasiswa dalam memimpin, berinteraksi sosial, pengembangan diri, membentuk relasi, menghimpun pengalaman serta tanggung jawab dan juga keterampilan.
Namun sayangnya, sebagai seorang anak rantau yang bekerja sambil kuliah tidaklah mampu mengikuti semua kegiatan kemahasiswaan tetapi saya tetap mengikuti beberapa kegiatan penting untuk menunjang kompetensi saya sebagai seorang mahasiswi prodi KPI. Salah satu kegiatan kemahasiswaan yang saya ikuti yaitu SIAKI. SIAKI ( Silaturahmi Aneuk KPI) merupakan ajang penyambutan mahasiswa baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang prodi KPI serta mempererat silaturahmi dengan kakak letting, alumni, maupun dosen KPI.
Dengan rasa syukur dan bahagia saya bangga menjadi mahasiswa prodi KPI di STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh. Sampai jumpa di ruang wisuda, kita buktikan bahwa kita bisa menjadi anak rantau yang unggul dan berprestasi.